Banjarmasin, Harianmetronews.com –
Minggu (06/07), mentari sore yang mulai condong ke barat menyinari halaman Masjid Baabud Taqwa di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Banjarmasin. Dari segala penjuru blok, satu per satu warga binaan berjalan perlahan menuju masjid. Di sela tembok tinggi dan jeruji besi, mereka datang bukan karena perintah, tetapi karena panggilan jiwa: Salat Ashar berjamaah.
Di dalam masjid yang sederhana namun hangat itu, petugas dan warga binaan duduk berdampingan, tanpa sekat. Seorang warga binaan yang telah dipercaya menjadi imam melangkah ke depan, memimpin barisan. Suara takbirnya mengalun lembut, membuka jendela ketenangan di tengah kehidupan yang penuh pembelajaran.
Salat berjamaah di Lapas Banjarmasin bukan sekadar rutinitas. Ia adalah pembinaan spiritual yang hidup, yang menyentuh sisi terdalam dari mereka yang tengah menjalani proses pemasyarakatan.
“Salat Ashar berjamaah membuat hati terasa lebih lapang. Di sini kami bisa merenung, menguatkan diri, dan merasa tidak sendiri,” tutur seorang warga binaan usai salat, dengan mata berkaca-kaca.
Kegiatan ini telah menjadi bagian dari keseharian, bukan hanya sebagai kewajiban ibadah, tetapi juga sebagai media pembentukan karakter. Dari disiplin waktu, kesabaran dalam barisan, hingga rasa hormat terhadap sesama, semua dipupuk dalam heningnya rakaat demi rakaat.
Kepala Lapas Kelas IIA Banjarmasin, Akhmad Herriansyah, menyadari betul kekuatan ibadah dalam proses pembinaan. Menurutnya, salat berjamaah menjadi fondasi utama dalam membangun semangat perubahan.
“Kami tidak hanya membina secara fisik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai spiritual. Ketika hati seseorang tersentuh oleh ibadah, perubahan perilaku akan tumbuh dari dalam. Salat berjamaah adalah salah satu jalannya,” ujarnya penuh keyakinan.
Di akhir salat, beberapa warga binaan tampak saling menyapa, senyum kecil merekah. Dalam keterbatasan ruang gerak, mereka masih bisa menemukan ruang untuk damai, harapan, dan refleksi. Salat Ashar di Masjid Baabud Taqwa bukan hanya ibadah, ia menjadi titik temu antara masa lalu dan niat baik untuk masa depan. (Lapas Banjarmasin)